Perkembangan bisnis daring saat ini didukung oleh kemajuan teknologi yang luar biasa. Anda pasti semakin familier dengan istilah e-commerce dan marketplace selama beberapa tahun terakhir. Namun, apakah Anda sudah mengetahui apa saja sebenarnya perbedaan e-commerce dan marketplace?
Pasalnya, meski kedua istilah tersebut tidak asing di tengah masyarakat, tetapi kerap kali ditemukan kesalahpahaman secara terus-menerus. Tidak sedikit orang yang menyamakan antara keduanya, padahal jelas berbeda.
Harapannya, seiring meningkatnya minat masyarakat terhadap belanja daring, pengetahuan tentang perniagaan pun ikut meningkat. Dengan begitu, kesalahpahaman yang berkelanjutan hingga sejauh ini dapat dihilangkan.
Lebih Jauh tentang Perbedaan E-Commerce dan Marketplace
1. Identifikasi biaya operasional
Saat mengelola marketplace, Anda tidak perlu mengeluarkan biaya operasional mendasar kecuali memang bertujuan menggunakan fitur-fitur khusus, misalnya iklan premium. Pasalnya, marketplace merupakan platform jual beli daring yang disediakan oleh pihak pengembang, serta menghimpun berbagai toko online di seluruh penjuru negeri.
Di sisi lain, jika ingin mengelola e-commerce, Anda perlu mengeluarkan biaya operasional mendasar di awal pembuatannya. Namun, selanjutnya itu akan menjadi investasi jangka panjang yang dimiliki oleh pelaku bisnis daring. E-commerce ini biasanya beroperasi dalam bentuk website, di mana melibatkan pihak ketiga untuk membuat dan merawatnya.
Di marketplace Anda bisa memilih di antara beberapa perusahaan rintisan yang kini sedang berkembang pesat, sementara untuk e-commerce semuanya bergantung pada pemilik website itu sendiri.
2. Mengetahui tipe produk yang tawarkan
Bagi pemilik toko online di salah satu marketplace, Anda bisa menjual barang apa saja yang sifatnya umum, bisa dijangkau oleh semua kalangan. Tidak hanya itu, produk tersebut pun dapat disediakan dalam jumlah besar untuk satu kali transaksi. Sederhananya, marketplace ini mirip seperti pasar atau mall, di mana Anda akan menemukan banyak sekali produk yang ditawarkan.
Di lain pihak, e-commerce agaknya mirip seperti butik atau distro khusus, di mana barang yang dijual cenderung lebih eksklusif dan biasanya relatif mahal. Lagi pula, ketika mengunjungi sebuah website, biasanya Anda akan menemukan penawaran yang lebih terbatas dan mencerminkan satu brand saja.
3. Upaya promosi berkelanjutan
Perbedaan e-commerce dan marketplace selanjutnya ditinjau dari aspek promosi, di mana keduanya cukup punya perbedaan menonjol. Di e-commerce, Anda perlu promosi berkelanjutan melalui usaha mandiri, misalnya memanfaatkan perantara sosial media. Sementara itu, promosi di marketplace cenderung lebih mudah karena dikendalikan oleh pihak pengembangnya.
Dengan kata lain, promosi e-commerce relatif lebih fleksibel, Anda punya kesempatan untuk mendesain media iklan sekreatif mungkin. Di lain pihak, marketplace menawarkan fitur iklan premium yang amat memudahkan pelaku usaha.
Upaya promosi ini nantinya akan menentukan kelas persaingan. Pemilik website yang satu harus bersaing dengan pemilik website lainnya agar mampu menempati halaman pertama di mesin pencari. Di sisi lain, pebisnis daring di marketplace akan bersaing dengan pebisnis lainnya memperebutkan posisi strategis di sebuah marketplace.
4. Objek kepercayaan
Jika mengelola website secara mandiri, maka kepercayaan konsumen akan tertuju pada brand Anda selama pelayanannya memang mumpuni. Sementara itu, bagi pengelola toko di marketplace, konsumen cenderung terbangun kepercayaannya pada marketplace tersebut, dan bukan brand Anda.
Perbedaan e-commerce dan marketplace memang menyentuh hingga ke aspek kesadaran dan kepercayaan pelanggan. Jika ingin membangun brand sendiri dan siap bersusah payah lebih ekstra, pengelolaan e-commerce lebih disarankan. Namun, jika menyukai kemudahan, cobalah untuk bersaing di marketplace tertentu. Keduanya punya peluang optimasinya masing-masing.
Temukan lebih banyak konten terkait dengan Pengetahuan Umum atau konten menarik lain di PPPA