4 Perbedaan Buku Fiksi dan Non Fiksi Beserta Contohnya

Fiksi merujuk pada segala karya cipta yang didasarkan pada khayalan semata. Sesuatu dikatakan fiksi ketika tidak adanya kesesuaian dengan fakta di lapangan. Karena itu, memang ada perbedaan antara buku fiksi dan non fiksi.

Biasanya, kehadiran buku fiksi bersumber dari imajinasi penulis. Lain halnya dengan buku non fiksi di mana isinya sesuai kenyataan di lapangan atau dilatarbelakangi riset mendalam. Buku non fiksi pada dasarnya punya ciri khas berbeda dari fiksi.

Baik buku fiksi maupun non fiksi, keduanya memiliki unsur penyusun masing-masing. Demikian pula aliran yang ada di dalamnya.

Inilah Perbedaan Buku Fiksi dan Non Fiksi yang Perlu Dimengerti

1. Kesesuaian dengan kenyataan di lapangan

Buku fiksi umumnya ditulis tidak berdasarkan kenyataan di lapangan, bahkan bisa jadi sangat melenceng dari fakta. Tidak heran, tujuan pembuatannya merujuk pada dunia seni dan hiburan, di mana khalayak umum membaca buku fiksi demi mengisi sela-sela waktu luang. Namun demikian, fiksi tidak menafikan riset, hanya saja lebih fokus pada pendukung karya cipta agar makin seru.

Di lain pihak, buku non fiksi dibuat berdasarkan kenyataan di lapangan, bahkan tidak jarang harus melewati proses riset mendalam seperti membaca artikel-artikel ilmiah sebagai bahan referensi. Tujuan pembuatannya lebih sering untuk menjawab persoalan hidup manusia dengan berbagai sudut pandang tergantung idealisme si penulis.

2. Standar kebenaran

Sesungguhnya buku apa pun jenisnya yang ditulis oleh manusia tidak dapat dijadikan standar kebenaran mutlak. Pasalnya, buku selalu dirancang berdasarkan sudut pandang si penulis, yang artinya riset sekalipun akan mengikuti kemauan pembuatnya. Maka dari itu, mayoritas masyarakat sepakat bahwa kebenaran mutlak hanya terdapat dalam kitab suci.

Namun, memang ada sedikit perbedaan buku fiksi dan non fiksi, di mana fiksi isinya bukan fakta sehingga jangan sampai Anda percaya. Sementara itu, pembaca bisa mempertimbangkan sebuah buku non fiksi sebagai salah satu tetapi bukan satu-satunya standar kebenaran yang sifatnya subjektif.

Maka dari itu, antara fiksi dan non fiksi harus pandai-pandai pembaca untuk melakukan penyaringan terhadap konten muatannya. Keduanya tetap memerlukan cek silang agar terhindar dari miskonsepsi atau kesalahpahaman.

3. Penggunaan makna

Buku non fiksi biasanya menyajikan penggunaan makna denotatif atau makna yang sebenarnya. Itu berarti, antara kalimat satu dan kalimat lainnya memang memiliki arti secara harfiah sesuai kosa kata yang digunakan. Karenanya, sangat jarang ditemukan pemanfaatan majas di dalam buku non fiksi.

Sebaliknya, buku fiksi lebih sering menyajikan jenis bahasa bermakna konotatif atau bukan arti yang sebenarnya. Penyajiannya kerap didukung oleh banyaknya majas mulai dari sarkasme hingga ironi, semua bisa saja ditemukan dalam sebuah karya fiksi. Itu berarti, kalimat yang tertulis di dalamnya tidak selalu pasti menunjukan maksud sebenarnya dari si penulis.

4. Standar kebakuan

Bagi sebuah buku non fiksi umumnya ditulis berdasarkan standar yang telah ada secara turun-temurun, dan seringnya berbasis artikel ilmiah populer. Sementara itu, untuk buku fiksi penulis lebih diberi kebebasan berimprovisasi sehingga antara orang yang satu dengan lainnya belum tentu punya struktur serupa.

Namun demikian, fiksi pun punya unsur-unsur pembentuknya sendiri, seperti halnya non fiksi. Hanya saja, fiksi biasanya ditujukan untuk menyasar emosi atau perasaan manusia, sementara non fiksi kerap menyempurnakan apa yang sudah ada sebelumnya, terlepas dari pembaca ikut terbawa perasaan atau tidak.

Perbedaan buku fiksi dan non fiksi sebenarnya gampang dideteksi asal Anda mau membaca. Namun isinya, baik fiksi ataupun non fiksi keduanya bisa memberi manfaat, bisa juga tidak sama sekali.


Temukan lebih banyak konten terkait dengan Pengetahuan Umum atau konten menarik lain di PPPA

Tinggalkan komentar