Mengapa Zakat Bisa Dikatakan Sebagai Sosial

Zakat termasuk dalam rukun Islam yang sekaligus juga menjadi ibadah wajib. Hanya saja, tidak semua orang wajib membayar zakat karena sebagian justru berperan sebagai penerima. Jika dilihat bagaimana mekanisme ibadah ini, tidak heran jika kerap dipandang seperti aktivitas sosial.

Pasalnya, selain menyucikan harta milik pribadi, dapat pula merangkap layaknya sarana berderma. Zakat bahkan di masa silam merupakan salah satu sumber pemasukan baitul mal atau kas negara Islam.

Mengapa Zakat Bisa Dikatakan Sebagai Ibadah Sosial

1. Sarana berbagi

Di dunia ini ada orang-orang kurang beruntung yang masih membutuhkan bantuan untuk menghidupi diri dan keluarganya dengan layak. Seperti para fakir, miskin, pemilik banyak utang, dan sejenisnya. Mereka perlu ditolong agar dapat bertahan hidup, bahkan meski sekadar memenuhi kebutuhan konsumsi di hari itu. Oleh karenanya, di sinilah zakat hadir sebagai sarana berbagi dengan sesama.

2. Menunjukkan kedermawanan

Meskipun hukum asal zakat adalah wajib yang artinya seseorang berpotensi diganjar dosa apabila sengaja mengabaikannya, tetapi sejatinya, ibadah ini juga bermaksud menyalurkan kedermawanan. Namanya berderma, pasti ada subjek dan objek yang terlibat. Dalam hal ini, pembayar zakat sebagai subjeknya, sedangkan penerima selaku objeknya.

3. Meregulasi harta masyarakat

Pada masa ketika Islam masih berbentuk sebuah institusi di Madinah, zakat dijadikan sebagai sarana untuk meregulasi harta kaum muslimin. Hasil zakat yang terkumpul dibawa ke baitul mal atau kas negara untuk kemudian disebarkan kembali ke tengah masyarakat. Dari fakir, miskin, hingga musafir, semuanya mendapat kesempatan serupa dalam hal menerima bantuan.

4. Melibatkan khalayak umum

Sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk membayar zakat, dan ini, berlaku umum bagi mereka yang menginjak usia baligh dan sehat secara mental. Dari satu daerah ke daerah lainnya, tidak ada perbedaan dalam kacamata kewajiban. Keterlibatan secara komunitas ini lantas pada akhirnya juga akan kembali kepada komunitas itu sendiri.

5. Manifestasi tolong-menolong

Mereka yang kesulitan secara finansial, seperti terlilit banyak hutang, misalnya, maka akan menerima bantuan dari panitia zakat. Jika boleh dianalogikan, kesusahan satu orang ditanggung bersama atas dasar persatuan akidah. Inilah contoh sikap tolong-menolong yang bagus, di mana sesama muslim saling meringankan beban hidup masing-masing.

6. Mendukung kebaikan bersama

Harta zakat dikumpulkan untuk menciptakan kebaikan bersama di tengah komunitas muslim. Misalnya dengan memberikan bantuan kepada pihak yang butuh, lalu mengajarkan keikhlasan berbagi untuk mereka dengan rezeki sedikit berlebih. Satu kebaikan semacam ini pada imbasnya bisa juga memicu kebaikan-kebaikan lain di mana saudara seiman saling peduli.

7. Berkaitan langsung dengan sesama manusia

Jika ibadah mahdhah seperti salat murni melibatkan langsung seorang hamba dengan Tuhan-Nya, maka zakat agak berbeda, di mana yang menjalankan dan menerima dampaknya adalah manusia itu sendiri secara nyata. Misalnya, Anda berzakat sekian persen dari harta, maka pembayaran tersebut disalurkan langsung kepada sesama manusia.

Tinggalkan komentar