Mengapa Sekarang Ini Banyak Masyarakat yang Tidak Melakukan Upacara Adat

Saat ini semakin banyak masyarakat enggan melakukan upacara adat seiring dengan berkembangnya zaman. Ada sejumlah alasan yang mendasari situasi tersebut, dan pada setiap daerah, penyebabnya bisa berbeda-beda. Berangkat dari keadaan ini, tidak menutup kemungkinan tradisi nenek moyang akan dilupakan di masa depan.

Alasan Masyarakat Tidak Melakukan Upacara Adat

1. Sibuk

Upacara adat di masa lampau merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia, keberadaannya begitu dekat. Bahkan, dalam berbagai situasi, nenek moyang terdahulu merasa harus melakukan sejenis ritual. Contohnya seperti mendekati musim panen, maka akan ada tradisi yang terkait di mana dilakukan sebagai bentuk ungkapan syukur pada dewi padi.

Sementara di sisi lain, manusia modern saat ini sudah memiliki berbagai macam opsi pekerjaan. Tidak semuanya menggantungkan nasib pada alam semata, dan bahkan, profesi semacam petani sekalipun kini sudah memanfaatkan teknologi. Oleh karena itu, pikiran untuk melakukan ritual ada demi mengucapkan syukur kepada dewa dan dewi dirasa tidak relevan lagi.

2. Dominasi muslim

Sedikit banyak, dominasi masyarakat muslim di Indonesia juga menjadi pengaruh. Pasalnya, sebagian tradisi nenek moyang sering kali dipandang bertentangan dengan ajaran agama atau bahkan bisa jatuh kepada kesyirikan. Meski tidak menyeluruh punya pemikiran semacam ini, tetapi efeknya cukup terlihat di keseharian.

3. Minimnya penerus

Generasi muda saat ini tidak menganggap bahwa upacara adat sebagai sesuatu yang penting dan harus dilaksanakan. Ketika ditawarkan oleh generasi terdahulu untuk diajari ilmu terkait, akan sangat jarang sekali ditemukan mereka yang bersedia. Minimnya penerus ini secara langsung membuat budaya masa lampau kian terkikis. Pasalnya, siapa yang akan memimpin upacara jika tidak seorang pun tahu-menahu perihal itu?

4. Kalah saing dengan budaya asing

Globalisasi juga menjadi salah satu penyebab munculnya keengganan untuk melakukan upacara adat. Budaya asing kini dianggap lebih modern dan patut dibanggakan. Rasa cinta masyarakat terhadap ajaran lokal mengalami transisi, bergeser kepada budaya internasional.

5. Anggapan terhadap mitos

Modernisasi juga akan memberikan pengaruh signifikan terhadap pola pikir masyarakat, khususnya kawula muda yang kesehariannya tidak terlepas dari teknologi. Terutama di kota besar, kepercayaan terhadap mitos zaman dahulu kian terkikis dari waktu ke waktu, bahkan bisa jadi hanya dianggap sekadar bualan semata.

6. Orientasi kebutuhan berubah

Jika dahulu nenek moyang bangsa ini hanya berorientasi pada sandang, pangan, dan papan, maka wajar bila masih memiliki waktu untuk melakoni acara budaya. Sementara masyarakat modern, punya kebutuhan yang jauh lebih kompleks dibandingkan aspek primer saja. Meningkatnya kebutuhan hidup mau tidak mau membuat mereka harus banting tulang untuk memenuhinya, jadi tidak ada waktu lagi untuk menyibukkan diri menyelenggarakan peninggalan tradisi.

7. Butuh biaya

Tentu, upacara adat tidak diselenggarakan begitu saja, ada biaya khusus yang perlu dialokasikan. Hal ini semakin membuat masyarakat enggan melakukannya bila mengingat ada begitu banyak kebutuhan hidup lain dengan urgensitas tinggi alih-alih sekadar melanggengkan tradisi.

Tinggalkan komentar