Di Indonesia, badak jawa atau yang lebih dikenal dengan badak bercula satu merupakan satwa yang hidup dengan dilindungi. Ada kondisi tertentu yang mengundang kekhawatiran terkait punahnya satwa tersebut.
Eksistensi badak jawa semakin menipis karena adanya degradasi serta berkurangnya habitat mereka akibat lahan pertanian yang banyak dibuka serta adanya kegiatan penebangan secara liar. Selain beberapa kondisi tersebut, badak ini juga banyak diburu sebagai pengobatan.
Fakta Terkait Badak Jawa yang Bisa Terancam Punah
1. Cula dan kulit badak bermanfaat untuk pengobatan
Berbeda dengan badak yang lain dengan dua cula, badak jawa hanya memiliki satu cula. Kulit badak terlihat sangat keras karena tersusun dari beberapa sel sebagai alat untuk melindungi diri mereka dari musuh atau gangguan lainnya. Badak jawa rentan mengalami ancaman punah karena banyak manusia yang memburu cula badak tersebut untuk pengobatan.
2. Wilayah persebaran semakin sempit
Badak jawa memiliki nama ilmiah dari bahasa Yunani yakni ‘Rhinoceros sondaicus’.dimana istilah ‘sondaicus’ asalnya dari kata ‘sunda’. Hal ini didasarkan dari wilayah persebaran badak di Asia Tenggara yang dulu meliputi Jawa sampai Sumatera. Namun sekarang wilayah persebaran badak jawa semakin sempit, hanya di daerah Ujung Kulon, wilayah Banten saja.
3. Tidak memiliki predator
Kehidupan badak jawa adalah secara soliter. Badak jawa sendiri tidak hanya diburu oleh manusia yang menginginkan cula mereka untuk dijadikan sumber pengobatan, namun ternyata badak jawa juga diburu oleh sesamanya jika mendapat gangguan. Oleh karena itu, badak jawa dianggap tidak memiliki predator yang alami.
4. Merupakan hewan pemakan tumbuhan
Badak merupakan hewan yang memakan beragam bagian tumbuhan baik ranting, buah, tunas, maupun dedaunan yang masih muda. Sehingga badak jawa tergolong dalam hewan herbivora. Badak jawa sendiri membutuhkan makanan hingga 50 kilogram setiap harinya. Kondisi alam yang rusak berakibat banyak badak yang mati kelaparan.
5. Perkembangbiakan badak tergolong lambat
Tingkat reproduksi pada badak tergolong lambat. Faktanya, dalam interval antara 4-5 tahun, badak jawa melahirkan satu ekor saja setelah hamil dalam jangka waktu 15-16 bulan. Oleh sebab itu, kini badak jawa hanya berjumlah kurang lebih 58 ekor dan menjadi semakin sedikit karena kondisi alam yang rusak.
6. Populasi badak jawa pernah terkena penyakit mematikan
Di awal tahun 1982 silam, ditemukan bangkai badak jawa sejumlah 5 ekor di tepi sungai dan pinggir pantai di daerah Kalejatan, Karangranjang, dan Cibandawoh. Dugaan kematian badak-badak tersebut adalah karena penyakit mematikan seperti zoonosis, ngorok, dan septimica epizoitica.
7. Heterogenitas badak yang rendah
Habitat yang sempit menimbulkan populasi badak menipis. Sehingga tingkat heterogenitas semakin rendah dan menimbulkan perkawinan sedarah, Akibatnya, setiap kelahiran badak mengalami kelemahan dari segi genetis.